Ganjaran Menaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
Sesungguhnya, tidak akan ada kegelisahan besar yang akan melanda hati seorang Muslim yang melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Karena, salah satu ganjaran menaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah ketenangan atau ketentraman hati. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“Yaitu orang-orang yang telah melaksanakan perintah Allah dan Rasul sesudah mereka menderita luka-luka. Bagi orang-orang yang berbuat baik dan bertakwa di antara mereka ada ganjaran yang besar.”[1]
Dalam tafsir ayat ini, dijelaskan bahwa sehari setelah Perang Uhud, laskar Mekah menarik diri dari Uhud. Namun, mereka diejek oleh beberapa suku Arab karena tidak membawa barang rampasan perang atau tawanan perang dari medan pertempuran yang menurut pengakuan mereka, telah dimenangkan oleh mereka. Mereka pun kemudian berpikir untuk kembali lagi ke Medinah, dengan tujuan menyerang lagi kaum Muslimin dan menggenapkan kemenangan mereka.
Namun, Rasulullah saw. telah mempunyai firasat tentang kedatangan kembali mereka; maka beliau menyerukan kepada para sahabat yang telah mengambil bagian dalam Perang Uhud untuk ikut-serta dengan beliau, dalam gerakan militer melawan laskar Mekah. Maka, pada keesokan harinya beliau bertolak dari Medinah dengan 250 prajurit.
Ketika kaum Mekah mendengar hal itu, hati mereka gentar lalu melarikan diri. Rasulullah saw. bergerak sejauh Hamra al-Asad, yang letaknya kira-kira delapan mil dari Medinah di jalur ke arah Mekah. Dan, setelah mengetahui bahwa musuh telah melarikan diri, beliau kembali ke Medinah.
Gerakan militer kedua datang setahun kemudian. Sebelum meninggalkan medan perang Uhud, Abu Sufyan, panglima laskar Mekah, telah menjanjikan kepada kaum Muslimin untuk berhadapan lagi pada tahun kemudian di Badar. Tetapi, oleh karena tahun kemudian datang tahun paceklik, ia tak dapat melaksanakan bualannya. Tetapi, ia mengutus Nu’aim bin Mas’ud ke Medinah untuk menakut-nakuti kaum Muslimin, dengan menyebarkan desas-desus mengenai persiapan besar-besaran yang telah diselenggarakan oleh kaum Mekah.
Akan tetapi, siasat kotor itu sama sekali gagal membuat takut kaum Muslimin yang datang di Badar pada saat yang ditentukan, dan ternyata kaum Mekah tidak datang. Ekspedisi ini dikenal sebagai Ghazwah (perang) Badr Al-Sugrā (Badar Kecil), untuk membedakannya dari perang Badar Besar yang telah terjadi kira-kira dua tahun sebelumnya.[2]
Kisah ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah Ta’ala selalu menaungi orang-orang Muslim yang yakin dan taat sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dan Yang Mulia Hadhrat Rasulullah saw. Sebagai kekasih-Nya, Hadhrat Rasulullah saw. mendapatkan petunjuk langsung dari Allah Ta’ala. Segala perkataannya, pemikirannya, dan tindak tanduknya adalah bimbingan langsung dari Allah Ta’ala.
Sehingga, takkan ada kegelisahan besar layaknya berada di dalam neraka, selama kita senantiasa menyelimuti hati dan pikiran kita dengan ketaatan dan tawakal yang penuh kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Segala ujian takkan menjauhkan kita dari-Nya, karena kita tahu Dia tak akan meninggalkan kita.
Referensi:
[1] QS. Ali Imran 3: 173
[2] Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Visits: 49