JANGAN JADIKAN DIRIMU PENGEMIS

Sosoknya pendek dan  kekar. Dengan karung yang dipanggul di atas pundaknya. Aku kira ia seorang laki-laki.

Saat aku berikan  tas plastik berisi botol dan gelas air mineral bekas , dia mengucapkan  terima kasih sambil menunduk hormat. Sedikit kaget saat menatapnya. Rupanya dia seorang perempuan.

Sebut saja dia Dian. Seorang pemulung yang tiap pagi buta sudah keliling komplek untuk mengaisi rejeki. Usinya masih muda, sekitar dua puluh lima tahunan.

Aku jadi teringat sebuah hadits Rasulullah saw.

“Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung.”(HR.  Bukhari)

Dian telah berhasil membenamkan rasa malunya. Padahal gadis seusianya lebih banyak yang menghabiskan waktu hang out bareng teman, jalan-jalan ke mal atau hunting promo di online shop.

Sejak melihatnya, entah kenapa hati berniat memberikan sedikit sedekah kepadanya. Nuraniku mengatakan ia pantas dibantu. Ia memulung karena ingin membantu ekonomi keluarganya.

Pertama kali  kuberikan  sejumlah uang padanya. Dian kaget luar biasa.  Merembeslah air matanya. Aku yang ada di hadapannya terbawa  emosi. Rasa haru bercampur senang seperti tengah mengaduk-aduk  batinku. Betapa nikmatnya menolong orang lain.

Kali kedua aku memberikan sedikit sedekahku kepadanya, sebuah pemandangan yang membuat ragaku bergetar. Ia menyampaikan, “Ibu cukup ini saja.” Sambil mengangkat tas plastik hitam yang berisi botol dan gelas bekas.

“Ya rongsok, ya uang, banyak sekali bu. Terima kasih banyak,” sambil berusaha merebut tanganku untuk diciumnya. Hanya sebaris doa yang keluar dari relung hatinya yang paling dalam yang ia bisa berikan.

 Bulan berikutnya. Seperti biasa aku sisihkan sedikit gajiku untuk diberikan pada Dian. Aku keluar pagar untuk melihatnya lewat. Saat ia melihat diriku, tiba-tiba ia balik badan, berjalan menuju jalan sebelah rumah.

Pikirku, mungkin ia mau menyisir sebelah sana dulu. Tapi aku ingin menyusulnya. Berjalan menuju perempatan.

Kutunggu lama. Dian tak kunjung muncul. Saat itu kebetulan ada Bibi penjual beras lewat. Melihat aku seperti mencari sesuatu diapun bertanya.

“Ibu cari apa?”

“Bibi liat mbak yang suka mulung lewat sini?”

“Sudah lewat bu,dia cepat-cepat, waktu saya tanya  kenapa, dia bilang malu sama Ibu, Ibu terlalu baik  sama dia, katanya, sudah ngasih rongsok,  masih  dikasih  uang.”

Aku terharu sekali. Bukan soal kesan Dian kepadaku. Ini soal dia. Meskipun ia seorang pemulung, ia masih punya rasa malu. Harga dirinya tak rela jika terus-menerus meletakkan tangannya di bawah.

Dalam kondisi pendemi sekarang. Dian tetap memulung. Dengan mengenakan masker, ia keliling lebih pagi. Bahkan sebelum ayam-ayam berkokok.

Semangat nak . Semoga rezekimu terus mengalir. Semoga perlindungan-Nya terus menaungimu.

Visits: 135

4 thoughts on “JANGAN JADIKAN DIRIMU PENGEMIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *