Jihad Mereformasi Diri

Arzan seorang pemuda yang hidup dan tumbuh dewasa di lingkungan yang bebas, dengan latar belakang tingkat pendidikan rendah dan kematangan berpikir yang minim. Banyak teman-temannya yang putus sekolah, sehingga menimbulkan banyaknya preman di lingkungannya. 

Dia pun kerap bergaul dengan mereka. Sifat dan karakternya terbentuk seperti preman/bebas. Dia sudah merokok sejak usia sekolah menengah pertama dan terkadang terjerumus ke dalam minuman beralkohol. Setiap masalah yang dihadapi tentu berakhir dengan perkelahian. Walaupun orangtuanya sudah sempat menghukum dan mengawasinya, Arzan tetap kembali ke kebiasaan buruknya lagi.

Sebagai orang bebas, pengetahuan tentang agama hanya sebatas yang umum saja. Tidak mencuri dan melakukan dosa sudah cukup baginya. Menjalankan ibadah biasa-biasa saja, membayar zakat, puasa, salat lima waktu terkadang sering terlewat. Shalat Jumat pun kadang-kadang bila dia mau, itu hal yang wajar baginya.

Suatu ketika, entah mengapa dia ingin mengubah hidupnya menjadi orang yang lebih baik sebagai seorang muslim. Dia mulai belajar mendalami Islam ke sana kemari, membaca buku-buku maupun informasi lainnya tentang Islam yang sebenarnya. 

Setelah beberapa tahun, dia rela mengorbankan waktu, jam kerjanya tersita dan rela dipotong gajinya untuk berjuang mencari ilmu agama. Akhirnya, Arzan dapat menemukan ajaran Islam yang sebenarnya.

Ajaran Islam yang sedang dipelajarinya, dia coba tegakkan dengan sebenar-benarnya. Arzan lakukan sederhana, hanya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. 

Dia pun mulai mencoba mengubah jalan hidupnya. Walau terasa sulit, tetap berusaha berjuang melawan batinnya untuk perlahan menanggalkan sifat premannya. Merokok, hura-hura dan pekerjaan yang sia-sia mulai perlahan-lahan ditanggalkannya juga.

Di saat gajian tiba, biasanya uang gajinya digunakan untuk hura-hura dan mentraktir teman-temannya. Namun, saat ini, begitu menerima gaji, dia  membelanjakan 1/16 di jalan agama.

Hari demi hari dia coba melakukan perubahan akhlak dengan memperbaiki ibadah dan meningkatkan amalan-amalan dengan penuh perjuangan. Di saat ingin mencoba belajar mengaji, rasa kantuk dan malas selalu datang menyelimutinya. 

Di awal-awal ingin melaksanakan shalat tahajud, dia rela mengorbankan waktu tidurnya. Namun, dia sering tergoda untuk menonton bola tengah malam, hingga akhirnya bablas tertidur. Jangankan shalat tahajud, shalat subuh pun kesiangan.

Tak hanya itu, ujian datang silih berganti, di saat waktu shalat zuhur. Dia harus segera menyelesaikan tugas di kantornya karena dikejar target, hingga waktu ashar tiba. Alhasil, shalat pun terlewatkan, target dari kantor untuk mendapat bonus yang diidamkan melayang seketika. Dia akhirnya tersadar, hanya mengejar keuntungan duniawi saja akan sia-sia. 

Shalat Jumat, mengaji dan mengkaji ilmu agama untuk menambah dan memperdalam pengetahuannya, dia terus lakukan. Walau jarak yang ditempuh menuju masjid jauh dari tempat tinggalnya. Tak jarang sering bolos dan telat datang kembali ke kantornya.

Keimanannya pun sedang diuji kembali. Ketika ingin mencoba menyampaikan pesan kebenaran. Teman-temannya mulai menjauhinya. Bahkan keluarga dan saudaranya pun mengucilkannya. 

Walau sering mendapatkan kekecewaan dan cemoohan dari lingkungan sekitar yang menganggap Arzan tak sejalan lagi. Arzan, tak lantas menyerah dengan keadaan dan kembali ke masa silamnya. Dia terus berjuang dengan penuh kesabaran dengan tetap melakukan perbaikan diri. Terus berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik, bagi keluarga dan lingkungannya.

Dia yakin, masih banyak teman, saudara dan guru mengajinya untuk saling mendoakan dan menguatkan. Bos di tempat kerjanya yang berbeda agama dengannya, tidak mempedulikan apa yang diimani Arzan. Terpenting Arzan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menguntungkan bagi perusahaannya. 

Arzan merasa bahagia dan tetap teguh untuk menjalani kehidupannya menjadi seorang muslim yang baik. Menurutnya, walau banyak godaan untuk melakukan kebaikan. Alhamdulillah, selalu ada jalan kemudahan yang Tuhan berikan untuknya. 

Dari kisah di atas, penulis memahami bahwa, setiap cobaan dan kebaikan yang menimpa orang beriman adalah ujian dari Allah Ta’ala. Ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan sejatinya untuk meningkatkan derajat di sisi Allah. Ujian adalah sebuah jihad di jalan Allah. 

Istilah jihad dekat dengan wujud nyata adanya sebuah perjuangan dan upaya untuk mencapai kebaikan. Ingat akan nasihat seorang Khalifah Hz. Mirza Masroor Ahmad aba, bahwa, “Jihad di zaman ini adalah mereformasi diri kita sendiri dan menyebarkan pesan kebenaran.” Mereformasi diri sendiri menjadi lebih baik dari segi akhlak dan amalan-amalan. 

Berjihad untuk mereformasi diri dengan mengubah keadaan menjadi orang baik, tak semudah petikan jari tangan. Tentu melewati sebuah proses panjang yang penuh dengan perjuangan. Banyak ujian dan cobaan yang dihadapi dengan penuh kesabaran.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman-Nya, “Dan niscaya Kami akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dari antaramu dan orang-orang yang bersabar. Dan Kami akan menguji keadaanmu.” (QS. Muhammad: 31)

Semoga kisah di atas menjadi refleksi diri, bahwa dunia ini adalah medan perjuangan bagi seorang mukmin, untuk berjihad menjadi sebaik-baik hamba demi meraih Ridha Illahi. 

Visits: 119

Liana S. Syam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *