Labirin Kehidupan, Belajar dari Jejak-Jejak Mungil

“Yeeeyyyy… Aku yang pertama, berhasil.. berhasil.. berhasil..!”

Sorak riang itu terdengar nyaring. Sebuah ekspresi kegembiraan dari putri kedua kami yang berhasil menemukan jalan keluar di sebuah Labirin.

Lain halnya dengan putri sulung kami, dia nampak biasa saja. Yang dalam bahasa anak-anak milenial “B aja tuh”. Meski, sama-sama berhasil menemukan jalan keluar dari Labirin tersebut.

Apalagi si bungsu, cuma melongo kebingungan melihat kakak-kakaknya yang berseliweran berlari-lari dalam Labirin itu.

Saya, mengamati tingkah anak-anak dari kejauhan, mengabadikan momen ini.

Sambil duduk berteduh di pojok areal bermain ini, saya putar lagi rekaman tingkah polah anak-anak. Lama, termenung, saya temukan sebuah pelajaran.

Bagi anak-anak, wahana ini tak lebih dari sebuah permainan saja.

Tapi tidak bagi saya. Labirin ini benar-benar memberikan gambaran tentang kehidupan yang kita jalani. Berliku, penuh teka-teki, sulit ditebak, penuh dengan halang rintang juga tantangan.

Dan apa yang dilakukan oleh anak-anak, sesungguhnya mencerminkan pola tindakan kita dalam melalui kehidupan yang seperti labirin itu.

Lihatlah putri ke-2 kami. Begitu antusias, penuh semangat, berupaya menemukan jalan keluar dari Labirin. Meski mentari saat itu sangat terik. Keringat bercucuran dengan nafas tersengal di setiap langkah yang ia alunkan.

Buntu. Ia kembali kebelakang. Melihat-lihat arah jalan sambil terus menjaga kecepatan berlari agar sampai duluan. Kadang ia harus diam sejenak. Memikirkan arah mana yang harus diambil, meski kebanyakan jalan dulu, mikirnya ketika menemukan jalan buntu.

Kadang ia terlihat serius. Kadang ia tertawa lepas, menertawakan pilihannya sendiri yang rupanya salah. Kadang ia juga kesal, karena terus-menerus gagal.

Begitulah sebagian kita menyikapi apa yang dihadapi.

Liku-liku hidup, rintangan, hambatan, bisa dihadapi dan diselesaikan jika semua dijalani dengan penuh antusias, semangat dan keyakinan. Meski ditengah jalan, kita pasti menghadapi saat-saat begitu lelah, kehilangan semangat, bahkan putus asa.

Tapi bagi para pejuang tangguh. Ia akan selalu menemukan kembali jati dirinya, melawan segala kesulitan dan pada akhirnya dialah sang pemenang. Yang dengan bahagia bersorak untuk segala perjuangan yang dilaluinya.

Lain cerita dengan putri sulung kami. Meski sama-sama berhasil menemukan jalan keluar dari labirin, tapi ekspresinya datar. Kenapa?

Karena bagi dia, labirin ini gak memberikannya tantangan berarti. Terlalu mudah ditaklukan. Untuk anak seusianya, mungkin menginginkan labirin yang lebih besar dan rumit.

Begitulah kita. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang mudah, tidak akan atau sedikit sekali daya juang yang akan ditampakkan. Bahkan akan cenderung berleha-leha. Bersantai ria.

Maka, jangan pernah bahagia ketika dihadapkan pada berbagai kemudahan, karena diri kita tidak akan ditempa untuk sebuah kerja keras.

Kita tidak akan paham arti menghargai pengorbanan. Tidak juga paham arti sebuah proses panjang atas sebuah pencapaian. Hingga suatu saat nanti, kita akan mudah dikalahkan.

Lihatlah, hidup tanpa tantangan tidak akan memberikan dampak apa-apa meskipun kita berhasil atas sebuah pencapaian. Semua terasa “B aja tuh”.

Dan sejatinya, manusia membutuhkan tantangan yang lebih, untuk terus mengasah kemampuannya. Untuk terus menggali potensi tak terbatas yang kita miliki.

Nah, si bungsu?

Belum paham dengan apa yang terjadi. Hanya melongo kebingungan melihat tingkah polah kakak-kakaknya. Ia cuma bisa menangis dalam ketidakmengertiannya.

Adakah diantara kita yang sering melongo? Hanya bisa melongo? Tak tahu, tak mengerti dengan apa yang terjadi? Tak mengerti apa yang harus dilakukan?

Mungkin ada.

Mungkin juga kita pernah berada pada situasi seperti itu. Dimana merasa begitu bingung, tidak paham dengan apa yang sesungguhnya terjadi, apa yang seharusnya dilakukan.

Menangis seperti bayi yang kebingungan?

Ya, ada masa dimana semua situasi dalam labirin tadi pernah kita hadapi. Itulah sejatinya kehidupan.

Tidak ada sorak gembira atas sebuah kesuksesan yang diraih dengan mudah. Yakinlah, hanya dengan menjadi seorang pejuang yang tangguhlah yang layak menerima kesuksesan tersebut.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 231

Ai Yuliansah

3 thoughts on “Labirin Kehidupan, Belajar dari Jejak-Jejak Mungil

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *